Monday, 21 November 2016

spontanitas riuh hujan

Hujan tumpah ruah tak menyisakan sedikitpun tanah kering. Air menganak sungai memenuhi ruang-ruang bervolume yang menengadah kosong. Aku mengintip lewat kaca jendela kaca yang juga dipenuhi titik-titik tempias hujan.

Langkah-langkah panjang Hudan di bawah payung warna-warni mendekat ke arah rumah. Kepala Hudan melongok lewat pintu dan mengangsurkan keranjang terbungkus plastik berisikan makanan yang dibawanya dari rumah kakak ipar padaku. Setelah menaruh bungkusan di atas meja, aku menoleh. Hudan masih berdiri di ambang pintu.

"Hujan-hujanan yuk," ajak Hudan sambil menyunggingkan senyum dan mengulurkan tangannya. Senyum sejenis tawaran keusilan dan kekanakan yang susah ditolak.

"Hujannya deras sekali, nanti kedinginan trus sakit lho," sahut Emak yang dari tadi mengamati kami, "lebih baik berdiam di rumah."

Hudan menggerakkan kepala isyarat mengajakku lagi. Segera ku ambil kerudung dan berjalan ke arah pintu.

"Mak, saya ikut mas hujan-hujanan," aku lalu pergi meninggalkan Emak yang masih bingung melihat kelakuan anak dan menantunya.

***

"Ke pelabuhan yuk," Hudan menggandeng tanganku.

Kami menyeberang jalan raya tepat depan rumah. Beberapa puluh meter sebelum sampai ke pintu masuk pelabuhan, Hudan menghentikan langkahnya.

Wajahnya ragu, "ke pelabuhan atau ke selatan ya?"

"Selatan?" tanyaku.

Monday, 24 October 2016

sebelum pecah pagi

sebelum pagi memecahkan cahaya merahnya, ada keriuhan angin sejuk pagi dihirupnya.
lewat sujud sujud tak lama yang ia pupuskan, digantungkannya doa panjang. barisan harapan tentang kekasihnya.

kekasih yang memimpinnya takbir, mengakui seluas dan sesempit rasa adalah sebenar-benar bukan kuasa manusia. kekasih yang menuntunya ruku', menunduk mengaku segala pemberian dan ujian adalah kebaikan yang diterima penuh bahagia. kekasih yang memandunya sujud, bersyukur dan meminta kelapangan sabar atas perjalanan kehidupan.

kepada kekasihnya, dihadiahkan beberapa baris doa sederhana.

agar langkahnya diberkahi, sebab keberkahan adalah hadiah terbaik yang ingin diterimanya saat kekasihnya pulang tiap hari.
agar berdaya saat diuji, sebab saling menguatkan adalah tanggung jawab masing-masing yang harus dimohonkan kepada pemberi ujian.
agar teguh saat bimbang menghampiri, sebab keputusan adalah penentuan dari banyaknya pilihan.

dunia semakin sesak dengan godaan, tak lupa ia hadiahkan doa. agar ia dan kekasihnya tak silau pada kerlipnya. agar hati mereka terpaut pada kehidupan yang dijanjikan setelah menghilang yang fana.

afatsa
24.10.2016

Saturday, 10 September 2016

lintasan kata

larilah pada kata,
mereka akan meredam rasa
amarah, dusta, atau prasangka

larilah pada kata,
kejujuranmu aman kau titipkan
lewat bait sajak dan kiasan
kau bisa sembunyikan gundah rasa

larilah pada kata,
pasangkan saja kertas dan pena
boleh jarimu dan tuts hitam atau layar sentuhan
lalu percayakan saja isi hati dan kepala

larilah pada kata,
biarkan pikiranmu mengalir, mengendap, dan terkenang selamanya

afatsa
10.09.2016

Thursday, 8 September 2016

Perangkap

aku terjebak bersamamu. pria yang belum merdeka dari masa lalu. berbicara tentang masa depan, sementara sesekali tak lupa melirik ke belakang.

aku terperangkap senyummu. tempat nyaman yang masih ditumbuhi benalu. penuh sulur rindu yang mendiktekan tawamu. jujur tersimpan lewat sejumput rasa ingin tahu.

aku berperang lawan perempuan satu. hanya satu. tapi itu saja membuatku lelah bertanya, sungguhkah kau mencintaiku. sementara binar matamu kadang menyinarkan lawan sepadan. seribu pasukan bayangan bersenjata kenangan.

aku ingin merdeka. sebesar inginmu belajar menerima. aku sanggup jumawa, mencintaimu lebih dari dia.

afatsa
08.09.2016

Friday, 13 May 2016

penyair dan kekasihnya yang dingin

di luar sana tengah hujan, tapi hanya tetes air yang berjatuhan
ijinkan aku menghujanimu dengan kata-kata manis
hingga kamu tak memerlukan gula lain seumur hidup
bolehkan aku memenuhi harimu dengan kalimat bersayap
agar kamu bisa terbang lalu bertualang melihat dunia kemanapun kau ingin

"aku tak suka puisi manis dan cengeng macam itu."

si penyair terdiam mendengar kekasihnya berkomentar tentang puisi yang ditulisnya.

"aku lebih suka bacaan non fiksi tentang percaturan dunia. tentang kehidupan sekitar kita. tulisan solilokui, isu politik, sejarah, dan filsafat. lihatlah betapa berbedanya kita," sang kekasih lantas tertawa.

si penyair ikut tertawa,"biarlah perbedaan ini menjadi kita."

dua gelas air putih di meja. kali ini mereka sama, tak suka minuman macam-macam. bahkan sekedar kopi atau teh pun tidak menjadi pilihan utama.

"waktu aku marah padamu kemarin, aku menulis cerita pendek. sayangnya kisahnya terhenti di tengah-tengah. bingung mau ditutup dengan akhir macam apa"

sang kekasih pensasaran,"boleh kubaca?"

Thursday, 12 May 2016

percakapan dingin

dering ponsel
sebaris nama
kalimat-kalimat yang berbalas
topik bersautan
tawa bergambar
persahabatan menguat

dering ponsel
barisan nama lain
kalimat-kalimat kadang berbalas
topik berubah satu ke lainnya
romansa bergambar
cinta menguat

dering ponsel dan barisan nama-nama
ada kalanya tak bisa bercabang dua

dering ponsel dan barisan nama-nama
satu menghangat kadang mendinginkan lainnya

ponselku berdering tak henti
ku nanti panggilan yang bisa menghangatkan persahabatan lagi

12.05.2016
afatsa

Wednesday, 27 April 2016

Bayangan yang Terbelah

Ia berlari. Compang-camping menggenggam hatinya. Nafasnya naik turun tak karuan. Sepasang kakinya masih menjejak jalan dalam laju yang tak lambat.

Rasa takut menyergapnya. Sesekali ia menoleh dan menyaksikan bayangannya terbelah, jadi dua. Ia memastikan sekali lagi. Mendadak satu bayangannya menghitam, meninggi, lalu menyergapnya ke pusaran gelar. Lelaki itu tumbang.

***

Berlarilah ke arah cahaya, terdengar suara bisikan jauh.

Gelap turun.

Susah payah ia berdiri. Kali ini malam menyembunyikan bayangan-bayangan miliknya. 

Sambutlah cahaya, jemputlah cahaya. Suara jauh menghampiri telinganya.

Satu. Dua. Seratus. Ia bosan menghitung langkah.

Ia habiskan sepanjang malam berjalan melawan lelah. Sekedar mencari cahaya penyembuh yang dijanjikan.

***

Habis semua bekal. Ia masih menggenggam hatinya yang luka. 

Saturday, 23 April 2016

Lelaki Pesisir

Ia menyisir rambutnya yang berantakan. Garis matanya yang agak sipit itu semakin memicing melawan sengat matahari. Tapi senyumnya mengembang, tak surut.

Desir angin, birunya langit, dan bias biru laut utara Jawa menyaksikannya berkisah. Tentang nelayan bersiap menjemput tangkapan. Sesekali ceritanya disela alunan musik dangdut koplo meliuk-liuk dari kapal nelayan yang berangkat. Tawa kami terburai.

Kami berdiri cukup dekat tapi juga cukup jauh. Ia masih melanjutkan kisahnya tentang pertarungan nelayan, jenis-jenis jaring yang digunakan saat menjala makhluk-makhluk laut yang berakhir di piring kita. Aku tak bisa mengingat semuanya, tapi mendengarnya bercerita saja sudah membuatku bahagia.

***

"Sederhana. Satu kata itu mewakilimu di mataku," tulisnya suatu hari.

Sekarang aku menyadari bahwa ternyata caranya menatap dunia yang sebenarnya sederhana. Sesuatu yang bisa dijalani dan dipermudah tak perlu dipersulit.

Wednesday, 9 March 2016

Jelang Gerhana

Hiruk pikuk gerhana besok sama sekali tak menggangguku. Tiba-tiba ada percakapan meminta ruang di pikiranku.

Ini Maret kelima, Pang. Sudah lima kali kita melewatinya. Aku baru menghitungnya sekarang. Empat Maret terlewati saat kita berada di titik peta yang berbeda. Dan kali ini kita berada di titik yang sama.

Tak pernah sedikitpun aku mengira akan begini ujung percakapan kita. Di luar buku, film, musik, dan gagasan-gagasan, nyatanya ada hal lain tumbuh tanpa kita sadari.

Kata salah satu penulis favoritku, cinta kadang tumbuh dengan cara yang amat ganjil, di tempat yang keliru.

Selama ini aku menjadi pendengarmu. Memperbincangkan dia yang tengah kamu perjuangkan. Tak kurang dari dua kali Maret kita habiskan untuk bertukar bincang. Hey, aku sudah bosan. Kalian tak kunjung menemukan kepastian.

Menjelang gerhana di Maret kelima. Aku menyadari bahwa kekesalanku tak lebih karena cemburu. Jumawa bahwa aku bisa saja menempati posisinya. Jika aku memberimu pilihan, akankah kamu mengubah arah halauan? Sayangnya pertanyaan itu hanya terhenti di tenggorokan.

Aku ingin memberitahumu satu hal. Kamu tahu ada yang lebih buruk dari patah hati? Ada, yaitu ketakutan untuk jatuh hati, karena sudah pasti patah hati jika itu terjadi. Pasti akan kalah jika itu benar-benar terjadi. Dan aku jelas takut jatuh hati padamu.

Monday, 29 February 2016

STORY BLOG TOUR 2, Episode 12: Cinta Tak Begini

Revan menuntunku pelan meninggalkan komplek pemakaman. Suasana sedih dan suram memenuhi udara, seolah mengikuti meski langkah kami telah menjauh.

….

"Hati-hati, sayang," nada khawatir terdengar dari Revan saat membukakan pintu mobil untukku.

Tubuhku masih merasakan sakit. Lelah dan berat sekali rasanya. Sepanjang perjalanan kami hanya membisu. Aku mengalihkan perhatianku pada jalanan yang kami lewati. 

Tepat saat kami melintasi sebuah galeri lukisan di seruas trotoar, aku berguncang mengingat sesuatu. 

"Are you okay, sweetheart?"

Aku menoleh dan menatap mata Revan. Cemas. Ia sungguh-sungguh cemas. Aku mengangguk.

Gambar-gambar, foto, musik, rasa sakit dan lelahku. Ingatan-ingatan berkelebat cepat. Membangunkan kesadaranku perlahan. Kesadaran yang membuatku takut dan sedih.

Revan, mengapa kisah cinta kita harus begini. Dari ratusan pasang kekasih, mengapa aku harus mencintaimu. Mengapa kau mencintaiku begini. Airmataku luruh.

***

"Sebaiknya kamu istirahat saja. Mau aku buatkan teh melati? Nanti kita bisa minum bersama. Mungkin aku bisa menghiburmu agar kamu tidak sedih lagi. Hmm?" Revan mendudukkanku di sofa ruang tengah.

"Aku ingin pulang. Bukankah tidak seharusnya…aku…di..sini…?" tanyaku ragu.

Revan menghentikan langkahnya menuju dapur lalu berbalik. Wajahnya kaku menahan marah. Pandangannya jatuh ke arah aku menautkan kedua tanganku erat, di atas pangkuanku. Tiba-tiba wajahnya melunak.

Sunday, 10 January 2016

STORY BLOG TOUR: Rumah Tujuan

Wajah ayu itu berkaca-kaca. Semua kata tertahan dalam kepala. Waktu berlalu entah berapa lama. Seperti adegan film yang terputus tiba-tiba, Jasmine menutup pintu rumahnya. Aku tertegun.

Susunan harapan sejak kemarin ku susun runtuh. Baiklah, jika aku harus menunggu, aku akan berdiri di sini. Depan pintu rumahmu, Jasmine, serta berdiri selamanya di depan pintu hatimu. Hati yang mungkin duli sempat kau ijinkan aku tinggali.

Sayup-sayup suara terdengar dari dalam. Langkah kaki mendekat. Pintu terbuka. Aku harus menghadapi dia yang paling aku takuti, sekaligus ingin aku temui.

***

"Kau tahu, nak Arsa. Kelak jika kau menjadi ayah dari seorang perempuan, kau akan paham apa yang Bapak lakukan."

"Aku hany ingin punya anak perempuan dari Jasmine, bukan yang lain," kata-kata yang kuteriakkan dalam kepalaku saja.

"Seorang ayah akan memastikan bahwa laki-laki yang datang menginginkan putrinya adalah lelaki baik. Tidak harus sempurna. Hanya perlu kesediaan menjadi lebih baik, membimbing putrinya, menjadi sahabat hidup sepanjang hayat."

Aku hanya diam, lagi.

"Jadi, apa maksud kedatangan nak Arsa setelah lama tak berkabar?"