Deadline mulai menjadi sesuatu yang lebih manakutkan dari apapun. Bahkan ketika berhembus kabar tentang batas akhir uji kelayakan proposal skripsi, teman-teman kembali berhadapan dengan deadline.
Kadang-kadang kasihan juga melihat tampang merana mereka, tak berdaya karena menanti dosen pembimbing yang tak kunjung datang. Tapi di antara saat-saat tegang pengerjaan proposal, ada banyak hal yang masih dapat membuat kami tertawa. Bukan malah berubah menjadi seseorang yang lebih serius, ketegangan semester akhir justru banyak meningkatkan daya humoris kami. Ternyata tertawa bersama, menertawakan kekalutan diri bisa membantu mereduksi stres.
Kami pun saling menghibur, saling menguatkan, berbagi ide, saran, bahkan membangun aliansi bagi para mahasiswa yang memiliki judul proposal mirip. Misalnya aliansi penulis proposal penelitian pengembangan, aliansi penelitian identifikasi proses berfikir, atau lainnya. Dengan bergabung dalam aliansi, kami bisa saling pinjam buku, berbagi referensi. Segala sesuatu tentu akan lebih mudah jika dipikul bersama kan?
Skripsi syndrome membuat teman2ku makin kreatif. Ketika mesin fotokopi di perpus fakultas rusak, dan prosedur pinjam skripsi untuk difotokopi agak melelahkan, Al membuat terobosan baru. Ide yang membuatnya jadi pusat perhatian teman semejanya di perpus tersebut. Dengan gayanya yang (sok) innocent itu, dia menyetel kamera diagitalnya agar tak usah mengeluarkan bunyi dan blitz lalu memotret beberapa halaman skripsi yang dia butuhkan. Tentu saja itu dilakukan tanpa sepengetahuan petugas.
Bahkan beberapa waktu yang lalu, aku melihat junior kami di jurusan menggunakan kamera hp untuk memotret skripsi di ruang baca jurusan matematika. Asal tahu aja, skripsi di ruang baca tidak dipinjamkan, kalau mau fotokopi harus nitip ke petugas dengan biaya per lembarnya ’agak’ sedikit lebih mahal dari tarif fotokopi biasa. Entah darimana junior kami tadi mendapat ide tersebut, jangan-jangan dia mendengar saat Al menceritakan kisahnya di ruang baca. Suarannya yang stereo tentu tidak sulit untuk masuk ke telinga para pengunjung ruang baca yang tidak seberapa luas itu. Lagipula, siapa sih yang tidak tertarik dengan cerita yang cukup mengesankan itu? ;)
Skripsi syndrome sebenarnya tak terlalu berbahaya bagi kesehatan. Kecuali jika para pekerja skripsi mulai insomnia, malas makan (woi, padahal ada yang tambah gendut lho), atau kurang istirahat.
So, keep fight.....
16 April 2009
sa...ga ditambahi:
ReplyDelete1.mengenali orang yg terkena skripsi syndrome seperti apa
2.upaya orang2 dlm mengumpulkan referensi dg efektif dan efisien ;)
skripsi syndrome bagiku tampak seperti seleksi alam buat pertemanan,dimana ketika semua disibukkan dengan skripsinya masing2, masikah mereka memperhatikan kita..
ReplyDeletetapi beruntunglah aku, karna skripsi membuatku smakin dekat dgn teman2ku..
*LFF*