Diantara ingatan samar yang dipenuhi karat, seorang guru berkisah tentang suatu masa. Saat umat dengan predikat gemilang menjadi manusia-manusia tanpa arah. Kehilangan kompas dalam meniti labirin kehidupan. Kupikir masa itu telah tiba.
Diantara ribuan video blog, serial, musik, video jebakan dan guyonan (prank), ada alternatif inspirasi lain yang bikin saya betah di berlama-lama mengubek-ubek situs youtube. Ada Dr. Zakir Naik, Nouman Ali Khan, The Deen Show yang mewarnai arus informasi online dengan inspirasi agar manusia di tempat lain bisa mengambil hikmah.
Tapi jauh lebih menarik lagi adalah gerak pemuda muslim di wilayah ketika Islam menjadi asing dan tak dikenal. Let me show you something.
Berkenalanlah dengan Karim, pemuda keturunan Mesir ini membuat beberapa video menarik di antara video pendeknya yang aneh, he3. Dia mewawancarai warga New York tentang beberapa isu seperti Muslim (keyword: New York on Muslim) dan Hijab (keyword: New York on Hijab). Menarik sekali. Karim bahkan membuat video perbandingan antara gadis berhijab dan tidak berhijab diperlakukan ketika berjalan di New York (10 hour of walking in NYC as a woman in Hijab). Sekian juta penonton video itu mungkin akan mendapatkan sudut pandang baru memandang Islam dan muslim. Bahkan, beberapa hari yang lalu abang Karim ini membuat satu eksperimen dengan menutup mata dan memasang poster "I am a muslim and I trust you, are you trust me enough to hug me?". Heartwarming banget deh.
Bertemulah dengan Adam Saleh dan Sheikh Akbar, mereka lebih sering mengunggah video jebakan sih. Tapi dua tahun lalu mereka berdua memajang poster bertuliskan "meet a Muslim person", banyak yang mendatangi dan menyalami mereka. Di akhir video ada seseorang yang bilang, "Aku membunuh mereka saat aku jadi tentara, aku tak perlu bertemu mereka lagi." Trus dibales dengan penutup berikut:
Just like how race doesn't define who you are as a person, Religion doesn't define your character. It's what inside your heart that shows who you truly are.
Mereka bahkan melakukan percobaan sholat di tempat umum coba. Tapi yang paling bikin aku ingat sampai sekarang adalah video berjudul make the homeless smile. Mereka mendatangi para gelandangan dan membagikan pisang, kaos, serta uang. Terkesan biasa, namun video ini menggerakkan orang lain untuk melakukan hal yang sama sampai ada video kompilasi make the homeless smile worldwide.
Sungguh aku yakin masih banyak pemuda semacam mereka. Menjalani hidup biasa layaknya pemuda, mungkin juga usil, tengil, mendengarkan musik. Perbedaannya adalah mereka telah berbuat sesuatu, dengan identitas muslim melekat dalam diri mereka. Mereka tidak berbicara dari mimbar ke mimbar, tapi memilih cara lain dan unik untuk berkontribusi. Menunjukkan dengan perbuatan apa yang kita dengar sebagai Islam rahmatan lil 'alamin.
Mereka termasuk buih yang tersaring, bersedia menjadi terasing tapi tetap menggenggam keyakinan sekuat tangan mereka.
Pertanyaan akhirnya adalah apa yang sudah kuperbuat sejauh ini? Kata temanku, menulis adalah mengingatkan diri sendiri
afatsa
13.03.2015
sudah lama ingin nulis ini, baru kesampaian. Biarlah terkesan seperti liputan youtube ala on the spot, semoga ada manfaatnya :)

No comments:
Post a Comment