Tuesday, 4 June 2013

Oase Dari Seorang Tukang Becak

Sudah beberapa kali aku melihat lelaki tua itu. Menurutku ia sudah terlalu tua untuk bekerja sebagai tukang becak. Entah kenapa, tapi ia menarik perhatianku saat dhuhur tiba. Becak miliknya menjadi anomali di antara jajaran mobil yang terparkir di depan masjid tempat sholat berjamaah para pegawai kantor sekitar. Dengan segala kesederhanaannya becak itu diparkir di bawah pohon tepat di depan pintu masjid khusus perempuan.

Tak bosan aku mengamatinya membawa sarung dan peci menuju tempat wudhu. Di lain hari aku baru memperhatikannya setelah ia selesai sholat dan bersiap kembali mencari penumpang. Dalam dekapan terik kota pahlawan, aku serasa menemukan oase.


Sungguh ini kali pertama aku menyaksikan kejadian yang mungkin sering kita saksikan di layar persegi panjang di rumah. Seorang yang telah berumur dan harus bekerja keras seperti beliau selalu mendahulukan panggilan Tuhannya. Rasanya sungguh berbeda mendapati kejadian secara langsung dengan rasa ketika mendengar cerita atau menyaksikannya dari hasil rekaman kamera.

Pak tua ini membuatku sangat malu. Dengan segala kemudahan dan limpahan pemberianNya, aku merasa telah bersikap keterlaluan. Aku masih butuh melawan rasa malas untuk mengambil hadiah 5 kali dalam sehari yang diberikanNya padaku. Mungkin setiap kali rasa malas muncul, aku harus berkaca dari pak tua dan ingat untuk selalu mengindahkan serta mendahulukan panggilan untuk menghadap padaNya.

-afatsa-
04.06.2013

No comments:

Post a Comment