Tuesday, 5 January 2010

PIDATO TANPA PODIUM

Aku tak tahu apa yang merasuki pikiranku ketika aku membulatkan tekad untuk mengejar mimpiku. Salah seorang pengajarku memang telah menamkan mimpi tersebut, tapi kebulatan tekad dan keputusan ada di tanganku.

Sungguh tak sedetikpun aku terpikir bahwa perjuangan ini mudah, tapi mengapa rasanya begitu dipersulit ketika aku hampir sampai di garis finish?

Aku takkan terlalu sakit jika mimpi ini dipangkas sejak awal. Sejauh ini mimpiku telah dibiarkan tumbuh dan terpupuk. Aku pun telah melalui semua regulasi yang harus dilewati oleh yang lain, dan tak satupun mempertanyakan mimpiku. Namun pada saat aku mempertahankan mimpiku, aku dihadapkan pada cermin yang berkata bahwa aku cuma punguk yang merindukan bulan. Terlalu berani bermimpi, ternyata tak bisa melakukan apapun dengan benar.

Aku sungguh berharap cermin itu menunjukkan letak kesalahnku, serta menuntunku bagaimana memperbaikinya, bukan menghakimiku atas semua yang terlanjur terjadi. Semua kejadian yang harusnya juga dipertanggungjawabkan oleh para regulator yang meloloskanku hingga ke tahap ini....

Ketika memutuskan untuk mewujudkan mimpi, aku tak mengharap nilai tertinggi karena bukan itu tujuanku.

Menemukan Kebanggaan

Pada titik tertentu, kita akan pernah mengalami perasaan ‘tak berharga’. Kita merasa rendah diri, bukan siapa2, orang yang keberadaannya dianggap tak berarti bagi dunia. Semua hal itu muncul karena kita merasa tak pernah meraih sesuatu yang patut dibanggakan.

Tak satupun di antara kita yang tak bangga jika dipuji atau dihargai karena kita telah bekerja keras meraih sesuatu. Lantas, apakah kita harus mengais pujian dan penghargaan untuk bangga pada diri sendiri? Ataukah kita mempertontonkan siapa kita pada semua orang untuk mendapatkan kebanggaan?

Salah satu sahabatku membantuku menjawab pertanyaan itu dan menemukan jalan ke arah kebanggaan. Jalannya sederhana, yaitu melihat lebih dekat diri sendiri dan menemukan ukuran kebanggaan kita.

Contoh:
Kita mungkin mencapai garis finish yang sama dengan orang lain, tapi temukanlah kebanggaan di sepanjang perjalanan menuju garis akhir. Dunia boleh menganggap pencapaian kita tak berbeda dengan lainnya, tapi kita sendiri yang harus mencari perbedaan itu.