Wednesday, 9 March 2016

Jelang Gerhana

Hiruk pikuk gerhana besok sama sekali tak menggangguku. Tiba-tiba ada percakapan meminta ruang di pikiranku.

Ini Maret kelima, Pang. Sudah lima kali kita melewatinya. Aku baru menghitungnya sekarang. Empat Maret terlewati saat kita berada di titik peta yang berbeda. Dan kali ini kita berada di titik yang sama.

Tak pernah sedikitpun aku mengira akan begini ujung percakapan kita. Di luar buku, film, musik, dan gagasan-gagasan, nyatanya ada hal lain tumbuh tanpa kita sadari.

Kata salah satu penulis favoritku, cinta kadang tumbuh dengan cara yang amat ganjil, di tempat yang keliru.

Selama ini aku menjadi pendengarmu. Memperbincangkan dia yang tengah kamu perjuangkan. Tak kurang dari dua kali Maret kita habiskan untuk bertukar bincang. Hey, aku sudah bosan. Kalian tak kunjung menemukan kepastian.

Menjelang gerhana di Maret kelima. Aku menyadari bahwa kekesalanku tak lebih karena cemburu. Jumawa bahwa aku bisa saja menempati posisinya. Jika aku memberimu pilihan, akankah kamu mengubah arah halauan? Sayangnya pertanyaan itu hanya terhenti di tenggorokan.

Aku ingin memberitahumu satu hal. Kamu tahu ada yang lebih buruk dari patah hati? Ada, yaitu ketakutan untuk jatuh hati, karena sudah pasti patah hati jika itu terjadi. Pasti akan kalah jika itu benar-benar terjadi. Dan aku jelas takut jatuh hati padamu.