Sudah beberapa kali aku melihat lelaki tua itu. Menurutku ia sudah terlalu tua untuk bekerja sebagai tukang becak. Entah kenapa, tapi ia menarik perhatianku saat dhuhur tiba. Becak miliknya menjadi anomali di antara jajaran mobil yang terparkir di depan masjid tempat sholat berjamaah para pegawai kantor sekitar. Dengan segala kesederhanaannya becak itu diparkir di bawah pohon tepat di depan pintu masjid khusus perempuan.
Tak bosan aku mengamatinya membawa sarung dan peci menuju tempat wudhu. Di lain hari aku baru memperhatikannya setelah ia selesai sholat dan bersiap kembali mencari penumpang. Dalam dekapan terik kota pahlawan, aku serasa menemukan oase.